Wha.. ini yang katanya 9gag, jangan macam-macam sama grammar nazi. Whahahaa… Saya juga suka gitu kadang-kadang. Bukan untuk menyalah-nyalahi, tapi itu bagus untuk diri saya sendiri. Lumayan, tambah ilmu, atau mengingat-ingat lagi. Bahkan biasanya jika ada tulisan menggunakan bahasa inggris yang agak “mencurigakan” di sosmed atau di manapun, saya langsung cari tahu sendiri persoalan tata bahasanya, lalu dibiarin sudah, tanpa komentar atau apapun. šŸ˜€
Tapi, di luar itu, saya senang dengan kutipan berikut:
ā€œIndonesian politics is already very confusing for most ordinary people. The poorly written slogans are just a symptom of that.ā€
Entahpun segala yang ambigu itu disengaja atau tidak, rasanya kasihan kita-kita yang awam ini. Tidak peduli, salah, peduli pun, tidak jelas apa yang dipedulikan.

Wandering Wondering Mind

AVA dukungan Intan Jeanie AVA dukungan Intan Jeanie

Beberapa hari ini beberapa orang di media sosial ramai-ramai mengganti AVA-nya dengan gambar yang mendukung salah satu pasangan calon presiden-wakil presiden. Tidak ada masalah sih dengan hal ini, wong masa kampanye sudah resmi dimulai beberapa hari yang lalu dan orang tentu bebas mau mendukung capres yang mana. Patut dicatat pula, saya tidak bermaksud berkampanye untuk salah satu capres. Buat saya, kampanye untuk pemilihan presiden tahun ini sudah sampai pada tahap yang berlebihan, bahkan mengganggu, saking riuh rendahnya, sehingga saya memutuskan untuk tidak membahas pemilihan presiden di akun media sosial saya.

Tapi, terlepas dari riuh rendahnya kampanye, yang membuat saya terganggu tiap kali melihat gambar dukungan itu adalah penggunaan bahasa Inggrisnya. Contohnya seperti gambar di sampingĀ ini. Bukannya mau sok tahu soal bahasa Inggris, tapi bolehlah saya membagi sedikit dari apa yang saya pelajari secara disiplin ilmu selama beberapa abad dasawarsa terakhir ini.

Jadi ada masalah apa denganā€¦

View original post 1,098 more words